Bersyukur, nikmat akan ditambah

Assalaamu ‘alaikum wr. wb.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Adalah sebuah kebenaran yang tidak bisa dibantahkan apabila kita menghitung nikmat Allah maka kita tidak akan sanggup. Karena memang nikmat Allah kepada kita semua begitu banyak, tak berhingga. Pernahkan kita menenung bahwa ada ribuan syaraf, bahkan lebih, yang saling menjalin antara satu dengan yang lain ketika orang memandang sebuah obyek. Bayangkan kalau ada satu syaraf saja yang tidak berfungsi, tentunya pandangan akan terganggu. Pernahkah kita merenungkan bahwa untuk mengucapkan satu huruf saja, ada ribuan syaraf di sekitar mulut yang berkaitan satu sama lain dan saling mendukung agar huruf itu bisa terucap oleh kita. Andaikan satu syaraf saja yang rusak, jangan harap kita bisa bicara dengan baik. Itu baru nikmat yang berkaitan dengan penglihatan dan pengucapan. Belum lagi kalau dikaitkan dengan pendengaran, penciuman, nikmat sehat, nikmat iman dan masih banyak lagi yang lainnya. Sungguh kita tidak pernah akan sanggup menghitung nikmat Allah. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah dalam firmannya.

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” {QS. Ibrahim (14) : 34}

Imam al-Gazali dalam karya besarnya yang berjudul Ihya’ Ulumuddin mengetengahkan sebuah cerita hikmah tentang betapa kita memiliki kekayaan yang sangat besar. Sayangnya, kita tidak menyadarinya. Kekayaan tersebut tidak pernah kita syukuri.

Ada seorang laki-laki miskin. Dia mengeluhkan kemiskinannya kepada seorang yang saleh. Orang saleh itu lantas berkata kepadanya,”Maukah engkau menukar kedua matamu dengan uang sepuluh ribu dirham?”

“Tidak,” Jawabnya.

Bagaimana kalau engkau diberi sepuluh dirham tetapi menjadi bisu?” Tanya orang saleh.

“Wah, tentu aku tidak mau,” jawab orang itu.

“Begini saja, maukah engkau menukar kedua tangan dan kakimu dengan uang dua puluh ribu dirham:” Tanya orang saleh.

“Tidak, tidak …”

“Maukah engkau diberi uang sepuluh ribu dirham, tetapi engkau menjadi gila?” tanya orang saleh.

“Tentu tidak mau,” jawabnya.

Orang Saleh itupun kemudian berpesan,”Apakah engkau tidak malu, mengeluhkan Allah padahal Dia telah memberimu anggota tubuh seharga lima puluh dirham lebih:” ujar orang saleh tersebut.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Kisah tersebut sungguh patut kita renungkan secara mendalam. Manusia seringkali melupakan berbagai kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya. Jika kenikmatan hilang dari dirinya barulah dia sadar betapa nikmat tersebut sangatlah berharga. Kita baru merasakan nikmatnya penglihatan kalau mata kita sakit. Kita baru merasakan nikmatnya kesehatan gigi ketika sakit gigi. Kita baru merasakan nikmatnya pendengaran, ketika ada gangguan pada pendengaran kita.

Iman yang mantap dan tubuh sehat adalah dua buah kenikmatan yang tiada tara. Sayangnya, keduanya acap kali dilupakan manusia. Rasulullah saw. Bersabda,”Mintalah kepada Allah kesehatan. Sebab tidak ada karunia yang diberikan kepada seorang hamba yang lebih utama daripada kesehatan, kecuali keyakinan.” (HR. Ibnu Majah).

Khutbah Kedua

Kaum Muslimin Rahimakumulla

Dalam riwayat berbeda, masih tentang nikmat Allah kepada Manusia, Rasulullah saw. Bersabda,”Ada dua nikmat yang manusia seringkali tertipu oleh keduanya, kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Bagaimana caranya kita bisa menyadari nikmat Allah yang begitu besar kepada kita? Salah satu caranya adalah sebagaimana nasehat Rasulullah saw.,”Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian, dan jangnalah melihat kepada yang lebih tinggi daripada kalian. Sebab, hal itu lebih patut agar kalian tidak menghinakan nikmat Allah (yang diberikan kepada kalian),.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari sini kita memetik pelajaran bahwa syukur adalah perkara yang sangat penting. Hakikat syukur adalah memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah Dia kuasakan kepada kita. Para ulama menjelaskan bahwa syukur seorang hamba itu terdiri atas tiga rukun ;

  1. Secara batin mengakui /hati mengenal nikmat tersebut
  2. Secara lahir membicarakannya/Lisan untuk memuji Allah
  3. Menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah/anggota badan untuk mentaati perintah Allah.

Jadi syukur itu berkaitan denga hati, lisan dan anggota tubuh sekaligus.

Allah telah menyebut syukur dan iman secara bergandengan. Allah berfirman.

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” {QS. An Nisa (4) : 147}

Allah berjanji untuk menambah nikmat hamba yang pandai bersyukur kepadanya.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. {Q.S. Ibrahim (14) : 7}

Terkait dengan nikmat, Allah membagi manusia dalam dua golongan : Pertama, orang yang bersyukur dan kedua kedua orang yang kufur, sebagaimana Firmannya:

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”{Q.S. Al Insan (76) : 3}

Tatkala Iblis mengetahui bahwa syukur memiliki nilai yang sangat mulia di mata Allah, maka dia pun merancang tujuan akhirnya, yaitu menjauhkan manusia dari sifat bersyukur. Dia berusaha agar manusia mengkufui segala nikmat Allah. Itulah pernyataan tegas dari Iblis ketika diusir dari syurga.

“kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).”{Q.S. Al-A’raf (7) : 17}

Walaupun pahala syukur begitu besar, walaupun Allah sudah jelas-jelas menjamin bahwa siapa saja yang bersyukur akan dijauhkan dari azabNya; walaupun sudah gamblang bahwa iblis akan menyesatkan manusia sehingga manusia tidak lagi bersyukur, sayang sekali, tidak banyak hamba Allah yang pandai bersyukur, hal ini disindir oleh Allah dalam Al-Qur’an.

QS. Saba 34 - 13

“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.”{QS. Saba’ (34) : 13}

Kaum Muslimin Rahimakumulla.

Dapatlah kita simpulkan sejumlah hikmah dari bersykur kepada Allah.

  1. Dengan mensyukuri nikmat, kita akanmemperoleh tambahan karuni dari Allah.
  2. Dengan mensyukuri nikmat, kita dijauhkan dari azab yang pedih.
  3. Dengan mensyukuri nikmat, tidak ada lagi rasa gelisah, iri hati dan dengki kepada Allah.

Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah untuk bisa mensyukuri seluruh nikmatnya. Semoga Allah memberikan kita petunjuk agar bisa selalu mengingatNya dan beribadah dengan baik kepadaNya. Amin.

Tinggalkan komentar